Respon Stres Pada Pasien Kritis
Main Article Content
Respon stres baik akibat trauma fisik atau sepsis akan menyebabkan terjadinya perubahan pada sistem
metabolik dan hormonal dalam rangka mempertahankan homeostasis tubuh. Respon stres yang berlangsung
intensif dan lama akan berhubungan dengan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas. Pada pasien dalam
kondisi kritis, sulit untuk melakukan mekanisme pertahanan, sehingga dapat dengan mudah mengalami
ketidakseimbangan yang dapat mengancam homeostasis tubuh. Respon metabolik diawali dengan fase ebb,
yang ditandai dengan hipoperfusi jaringan dan penurunan aktivitas metabolik secara keseluruhan dan
berlangsung selama 12-24 jam, dan berlanjut pada fase flow dengan puncak fase ini adalah sekitar 3-5 hari.
Selain itu terjadi hipermetabolisme protein dan glukosa, serta perubahan pada cairan dan elektrolit. Respon
hormonal, akan diaktivasi aksis hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) yang salah satu dampaknya adalah
mencetuskan sinyal anti inflamasi sistemik, ditandai dengan penurunan kadar beberapa mediator proinflamasi.
Mediator inflamasi (TNF-α, IL-1, dan IL-6) mengeluarkan substrat dari jaringan host untuk membantu
aktivitas limfosit T dan B. Mediator inflamasi berperan dalam terjadinya systemic inflammatory response
syndrome (SIRS), dan dapat berkembang menjadi multiple organ dysfunction syndrome (