Main Article Content

Eka Yulia Fitri
Tri Wahyu Murni
Ai Mardiyah

Tujuan: Setiap tindakan operasi akan mencetuskan terjadinya respon stres. Pada pasien yang menjalani
kraniotomi respon stres yang terjadi adalah hipermetabolisme dan katabolisme, perubahan pada sistem
endokrin dan metabolik sehingga mendorong terjadinya peningkatan kadar glukosa darah. Hiperglikemia dapat
merusak fungsi imunitas tubuh, mengurangi proliferasi limfosit dan menurunkan aktivitas bakterial intraseluler,
sehingga merusak respon inflamasi normal dan terjadi inflamasi secara sistemik (SIRS). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara kadar glukosa darah dengan derajat SIRS pada pasien post kraniotomi yang
dirawat di intensive care unit pada rumah sakit X di Palembang.
Metode: Penelitian ini merupakan analitik korelasi dengan desain observasional dan pendekatan kohort
prospektif. Pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dengan jumlah 20 orang pasien trauma
kepala yang menjalani kraniotomi dan memenuhi kriteria inklusi. Penelitian dilakukan pada September sampai
November 2013 dengan menilai kadar glukosa darah dan derajat SIRS pada 24 jam dan 72 jam post kraniotomi.
Hasil: 90% responden mengalami peningkatan kadar glukosa baik pada 24 jam dan 72 jam post kraniotomi,
60% responden mengalami SIRS ringan pada 24 jam post kraniotomi dan 55% responden tidak mengalami
SIRS pada 72 jam post kraniotomi. Uji korelasi Rank Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan antara
peningkatan kadar glukosa darah dengan beratnya derajat SIRS (Rs= -0,112, p= 0,640 dan Rs=0,257, p= 0,274).
Tidak terdapat hubungan antara peningkatan kadar glukosa darah dengan beratnya derajat SIRS pada pasien
post kraniotomi yang dirawat intensive care unit pada rumah sakit X Palembang.
Simpulan: Perawat mempunyai peran dalam mengidentifikasi SIRS dan faktor lain yang mempengaruhi SIRS
selain kadar glukosa darah.

Keywords: Kadar glukosa darah kraniotomi SIRS trauma kepala