Main Article Content

Hikayati

Tujuan: Resiko komplikasi akibat tindakan intubasi ETT pada pasien kritis sebesar 54% dan 28% terjadi di
ruang rawat intensif. Kompetensi perawat di ruang rawat intensif sebagai tenaga kesehatan yang bersentuhan
dengan pasien selama 24 jam sangat diperlukan untuk memberikan perawatan secara komprehensif. Intervensi
keperawatan pada pasien yang terintubasi ETT di ruang rawat intensif meliputi humidifikasi, cuff management,
suctioning dan komunikasi keperawatan dengan memperhatikan prinsip patient safety, primum non nocere, first do
no harm. Cuff management meliputi teknik pengembangan cuff dan pemantauan tekanan intracuff merupakan
komponen kritis pada perawatan pasien yang terintubasi ETT di ruang rawat intensif. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui gambaran perawatan ETT terutama pada pemantauan tekanan intracuff. Metode: Penelitian ini merupakan studi deskriptif pada 26 pasien terintubasi di ruang ICU Rumah Sakit
Mohammad Hoesin Palembang.
Hasil: Hasil observasi 4 (empat) jam setelah pengembangan cuff ETT menggunakan spuit didapatkan data
bahwa 45,4% mengalami peningkatan tekanan cuff. Rata-rata tekanan cuff 58,6 cmH2O. Sebanyak 54,6%
mengalami penurunan tekanan cuff dengan tekanan rata-rata 10 cmH2O.
Simpulan: Pengembangan cuff ETT menggunakan spuit akan cenderung mengalami penurunan tekanan
intracuff secara persentase. Pemantauan tekanan intracuff sangat diperlukan untuk mencapai tekanan yang
optimal agar tidak terjadi komplikasi yang disebabkan oleh underinflation atau overinflation

Keywords: Studi deskriptif perawatan Cuf tekanan intracuff